BlackBerry mungkin smartphone atau ponsel pintar paling populer saat ini di Indonesia. Bentuknya yang khas dengan model QWERTY sampai diikuti oleh produsen ponsel lainnya. Namun, pada masa mendatang, ponsel dengan layar sentuh diyakini mampu melampaui popularitas tersebut.
Hal ini dikatakan Yoon Soo Kim, Product Advisor Samsung Mobile PT Samsung Electronic Indonesia, di sela-sela media workshop Samsung Galaxy S di Jakarta, Rabu (28/7/2010). Menurutnya, layar sentuh mengubah gaya hidup pengguna ponsel pintar menjadi lebih berkelas.
"Touchscreen adalah teknologi yang paling cocok untuk smartphone masa depan yang memakai layar lebih lebar," kata Yoon Soo Kim. Karena itulah, lanjutnya, Samsung merilis Galaxy S yang menggunakan layar sentuh 4 inci. Bandingkan dengan layar sentuh BlackBerry model QWERTY yang rata-rata 2,4 inci saja.
Ia menyatakan keyakinannya terhadap masa depan pasar ponsel pintar di Indonesia. Saat ini, kata dia, penetrasi ponsel pintar diperkirakan antara 12 dan 13 persen. Namun, bukan mustahil penetrasi lebih dari 50 persen seperti di negara-negara maju, AS, Australia, dan Eropa. "Saya yakin pangsa pasar smartphone akan meningkat tajam di Indonesia," ucap Kim.
Sementara itu, Product Marketing Samsung Apps PT SEID Pambudi B Sudirman meyakini ponsel pintar berlayar sentuh akan lebih populer karena ponsel pintar QWERTY saat ini sudah menjadi produk generik mengingat sudah terlalu banyak yang menggunakannya. "Status sosial sudah tidak lagi bisa dipenuhi dari situ. Untuk itulah Galaxy S masuk," ujar Pambudi.
Tidak sekadar mengusung teknologi layar sentuh, Samsung juga menggunakan kualitas layar terbaik. Misalnya dalam Samsung Galaxy S yang telah menggunakan layar Super AMOLED (active matrix organics light emitting diode) yang lima kali lebih tajam daripada layar AMOLED biasa.
Galaxy S menggunakan Android 2.1 yang mendukung upgrade ke versi 2,2 atau biasa disebut Froyo. Bagi Samsung, kata Kim, Android lebih fleksibel karena sifatnya yang open source sehingga memudahkan pihak ketiga mengembangkan beragam aplikasi. Saat ini, tak kurang dari 70.000 aplikasi sudah ada di Android Market. Samsung juga menyediakan aplikasi tambahan di Samsung App yang hanya dioptimalkan di ponsel pintar buatan Samsung.
Galaxy S hanya salah satunya. Dari sekian banyak produk yang dirilis Samsung ke Indonesia, kata Pambudi, saat ini sekitar 70 persennya menggunakan layar sentuh. Hanya tinggal 30 persen yang masih konvensional atau menggunakan papan ketik QWERTY.(kompas.com)
Hal ini dikatakan Yoon Soo Kim, Product Advisor Samsung Mobile PT Samsung Electronic Indonesia, di sela-sela media workshop Samsung Galaxy S di Jakarta, Rabu (28/7/2010). Menurutnya, layar sentuh mengubah gaya hidup pengguna ponsel pintar menjadi lebih berkelas.
"Touchscreen adalah teknologi yang paling cocok untuk smartphone masa depan yang memakai layar lebih lebar," kata Yoon Soo Kim. Karena itulah, lanjutnya, Samsung merilis Galaxy S yang menggunakan layar sentuh 4 inci. Bandingkan dengan layar sentuh BlackBerry model QWERTY yang rata-rata 2,4 inci saja.
Ia menyatakan keyakinannya terhadap masa depan pasar ponsel pintar di Indonesia. Saat ini, kata dia, penetrasi ponsel pintar diperkirakan antara 12 dan 13 persen. Namun, bukan mustahil penetrasi lebih dari 50 persen seperti di negara-negara maju, AS, Australia, dan Eropa. "Saya yakin pangsa pasar smartphone akan meningkat tajam di Indonesia," ucap Kim.
Sementara itu, Product Marketing Samsung Apps PT SEID Pambudi B Sudirman meyakini ponsel pintar berlayar sentuh akan lebih populer karena ponsel pintar QWERTY saat ini sudah menjadi produk generik mengingat sudah terlalu banyak yang menggunakannya. "Status sosial sudah tidak lagi bisa dipenuhi dari situ. Untuk itulah Galaxy S masuk," ujar Pambudi.
Tidak sekadar mengusung teknologi layar sentuh, Samsung juga menggunakan kualitas layar terbaik. Misalnya dalam Samsung Galaxy S yang telah menggunakan layar Super AMOLED (active matrix organics light emitting diode) yang lima kali lebih tajam daripada layar AMOLED biasa.
Galaxy S menggunakan Android 2.1 yang mendukung upgrade ke versi 2,2 atau biasa disebut Froyo. Bagi Samsung, kata Kim, Android lebih fleksibel karena sifatnya yang open source sehingga memudahkan pihak ketiga mengembangkan beragam aplikasi. Saat ini, tak kurang dari 70.000 aplikasi sudah ada di Android Market. Samsung juga menyediakan aplikasi tambahan di Samsung App yang hanya dioptimalkan di ponsel pintar buatan Samsung.
Galaxy S hanya salah satunya. Dari sekian banyak produk yang dirilis Samsung ke Indonesia, kata Pambudi, saat ini sekitar 70 persennya menggunakan layar sentuh. Hanya tinggal 30 persen yang masih konvensional atau menggunakan papan ketik QWERTY.(kompas.com)