Masturbasi ternyata juga kerap dilakukan anak-anak. Tak hanya anak laki-laki, tetapi juga perempuan. Wajar bila Anda merasa was-was bila si kecil melakukan hal ini. Umur baru 4 tahun, tontonan ala orang dewasa pun belum terjamah oleh mereka. Meskipun Anda sudah sering membaca bahwa hal semacam ini wajar terjadi, tetapi kok, rasa cemas tetap saja ada?
Seperti diutarakan oleh Irma Achmad, Psi, perilaku senang menyentuh maupun memainkan alat kelamin adalah wajar karena anak usia prasekolah sedang berada dalam masa phallic (falik), dimana salah satu sumber kenikmatan berada di daerah genital. "Jadi, hal ini normal dan merupakan bagian dari proses perkembangan anak," tandas Irma.
Alihkan perhatian anak
Dikatakan oleh Irma, pegang-pegang alat kelamin atau yang biasa kita asumsikan sebagai masturbasi, biasanya mulai terlihat atau dilakukan saat anak memasuki usia 3 tahun ke atas dan akan berhenti di usia 6 tahun. Meski begitu, hal ini tak boleh dibiarkan saja, utamanya pada anak laki-laki. Ini karena alat kelamin laki-laki berada di luar sehingga lebih mudah terekspos (tersentuh, terlihat, dan lain-lain), selain laki-laki cenderung senang memainkan atau memegang alat kelaminnya.
"Jangan sampai memegang atau memainkan alat kelamin dijadikan sebuah kebiasaan. Bila tidak, fase falik ini dapat menjadi cikal-bakal perilaku masturbasi. Jadi, lebih baik dicegah sedini mungkin dengan mengalihkan perhatiannya," terang Irma.
Saran Irma, saat orangtua menemukan anak "bermain-main" dengan alat genitalnya, segera katakan padanya, alat kelaminnya bukanlah mainan. Kalau dipegang-pegang, nanti bisa mengakibatkan alat kelaminnya luka dan susah untuk buang air kecil. Apalagi bila tangannya kotor, bisa menyebabkan timbulnya penyakit. Setelah berkata demikian, kemudian alihkan perhatian anak dengan memberikannya mainan atau mengajaknya bermain di luar rumah, dan temanilah dia bermain sehingga dia lupa pada aktivitasnya memainkan alat genital.
Jika Anda bekerja, ajarkan tindakan yang sama kepada pengasuh di rumah ketika mendapati anak memainkan alat kelaminnya. Selain itu, minta juga kepada si pengasuh untuk lebih sering mengajak anak bermain agar si anak lupa pada aktivitas memainkan alat kelamin.
Dengan cara-cara seperti itu, menurut Irma, pada usia 6-7 tahun, perilaku memegang-megang alat kelamin akan hilang dengan sendirinya. Sebaliknya, bila salah penanganan, tidak menutup kemungkinan anak akan terus melakukannya hingga masa pubertas dalam pengertian masturbasi yang sebenarnya.
Jika sudah pada masa ini, tentu stimulusnya akan berbeda. Pada masa pubertas ada fantasi seksual yang menyertai, atau ada perilaku seksual tertentu yang menyertai. Dikhawatirkan, masturbasi ini bisa membuat anak kecanduan. Celaka, kan? Karena itulah diperlukan pencegahan.
sumber: Kompas.com