Bayi Berwajah Seram Nyaris Tak Berbentuk

Jakarta, Saat melahirkan anak pertamanya, Rohani tak punya firasat yang aneh-aneh. Tapi ketika bayi itu diserahkan dari bidan usai persalinan, Rohani serasa tersambar petir melihat wajah anaknya.

Rohani (22 tahun) melahirkan Arjuna Trisakti Manurung pada 14 Juni 2009, di Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Persalinannya sendiri melalui cara normal dengan dibantu oleh seorang bidan yang datang ke rumahnya.

Dikisahkan suaminya Andi Manurung (28), cacat pada wajah Arjuna pertama kali diketahui oleh sang bidan yang saking kagetnya bahkan tidak sempat menimbang berat badan si bayi.

Ketika diserahkan ke ibunya oleh bidan, Rohani tak kuasa menahan tangisnya. Anak yang dilahirkan memiliki wajah yang nyaris tak berbentuk.

Yang tampak di wajah Arjuna hanyalah bibir dan mata kanan. Kelopak mata kiri yang tidak ada isinya menyatu dengan hidung yang nyaris tidak berbentuk. Sementara dahinya tidak terlindung oleh batok kepala dan rahangnya tidak berkembang sehingga tidak ada gigi yang tumbuh.

Namun Rohani dan Andi tetap menyayangi anak tersebut karena merasa ini adalah titipan yang maha kuasa meski lahir tidak sempurna.

Arjuna yang kondisinya rentan kini berusia 1 tahun. Dengan bantuan beberapa dermawan, tak lama setelah dilahirkan, Arjuna mendapat perawatan di RSU Pirngadi Medan selama kurang lebih 6 bulan.

Andi yang bekerja serabutan mengaku sangat berat membiayai perawatan anaknya. Karena kelainan yang diderita membutuhkan penanganan dengan tingkat kesulitan cukup tinggi, RSU Pirngadi merujuk Arjuna untuk dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo di Jakarta.

Dengan dibantu oleh pemerintah daerah setempat, Arjuna tiba di Jakarta pada 21 Juni 2010. Kedatangan Arjuna dan kedua orang tuanya ke Jakarta memang disponsori oleh pemerintah daerah, baik secara finansial maupun administrasi dalam mengurus Jamkesda.

Bahkan selama beberapa minggu pertama, Arjuna didampingi perawat yang didatangkan dari Medan dan ikut menginap di sebuah kamar kontrakan sederhana di Kramat Sentiong, Jakarta Pusat. Tapi dana Rp 10 juta yang dibantu pemda tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama di Jakarta.

Andi yang sebelumnya bekerja sebagai sopir angkot tersebut terpaksa harus mengupayakan sendiri kekurangan dana yang dihadapinya.

Arjuna sempat keluar dari RSCM, dan atas saran orang-orang sekitarnya Andi akhirnya menjadi pengemis dengan membawa anaknya. Kadang Andi dan anaknya terlihat di kantor pajak Jatinegara Jakarta Timur, kadang di Monas.

"Atas saran teman-teman, saya bawa anak saya ini buat minta-minta sama orang di Jatinegara. Kadang-kadang saya minta-minta di Monas, di depan istana itu Bang," tutur Andi saat ditemui detikHealth di Ruang BCH, RSCM, Rabu (18/8/2010).

Andi mengaku sama sekali tidak memanfaatkan anaknya agar mendapat bantuan. Ia terpaksa meminta-minta sebab sama sekali tidak memiliki sanak saudara di Jakarta. Tidak banyak yang bisa ia dapat, namun setidaknya cukup untuk beli beras dan membayar sewa kamar kontrakan sebesar Rp 400 ribu per bulan.

Sejak 16 Agustus 2010, Andi bisa kembali memasukkan Arjuna ke RSCM. Arjuna kini kembali dirawat meski masih belum mendapatkan jadwal untuk operasi.

Dokter yang menangani Arjuna belum bisa dimintai keterangan, namun menurut Andi dokter menyebut penyebabnya adalah kelainan kromosom yang ia turunkan bersama istrinya.

Dalam istilah kedokteran bayi Arjuna mengalami Facial Cleft Anenchepali, yakni gangguan pembentukan wajah saat berada dalam kandungan.

Ketika melihat Arjuna, mungkin orang akan gemetar dan tak tega melihatnya. Tapi bayi ini rupanya cukup periang, jika digoda ibunya ia akan tertawa. Meski wajahnya seram, tawa Arjuna layaknya tawa bayi-bayi lain yang sangat lucu.(detikhealth.com)