Terganggunya hubungan intim kadang sangat hebat akibatnya. Namun sejauh mana hal ini boleh dilakukan di bulan puasa ?
Hubungan intim di bulan puasa? "Boleh-boleh saja. Asal dilakukan setelah berbuka puasa hingga waktu subuh tiba," kata dr. Ferryal Loetan, MD, ASC&T, DSRM, MMR. Hanya saja, ingat Ferryal, "Jangan begitu langsung buka puasa lalu berhubungan. Rasanya enggak etis, ya? Yang namanya puasa, kan, kita sedang menjalankan norma-norma agama."
Memang, ujar konsultan seks ini, sebenarnya boleh-boleh saja suami-istri mau melakukan hubungan seks tepat setelah berbuka puasa. "Namun alangkah baiknya jika anjuran-anjuran agama itu diikuti, sehingga dengan menahan 1-2 jam, maka kepuasaan yang didapat juga akan mempunyai nilai lebih." Jadi, sehabis berbuka, ya, sembahyang magrib dululah, lalu salat isya dan tarawih.
WAKTU IDEAL
Dengan kata lain, seperti ditegaskan Ferryal, waktu yang ideal untuk melakukan hubungan seks adalah sesudah salat tarawih. "Karena jangka waktu setelah makan sudah agak lama, sehingga makanan di dalam perut juga sudah mulai stabil. Tenggang waktu yang kita isi dengan beribadah, akan membantu tubuh dalam mencerna makanan dengan baik." Nah, setelah itulah tubuh kita benar-benar dalam kondisi fit, karena energi di tubuh sudah kembali dengan makanan yang kita konsumsi.
Lebih jauh dijelaskan Ferryal, gerakan dalam berhubungan seks sama dengan melakukan gerakan untuk kompetisi pertandingan. Jadi, cukup berat, sehingga energi yang dikeluarkan juga sangat besar. "Bukankah dalam olahraga pun orang selalu bilang, jangan melakukan olahraga sehabis makan. Karena kalau melakukan olahraga sehabis makan ditakutkan akan kejang atau kram."
Nah, kalau berolahraga saja tidak dianjurkan, apalagi melakukan hubungan seks. "Jangan lupa," ujar Ferryal, "Hubungan seks lebih berat dibanding berolahraga. Nah, kalau tiba-tiba perut kita kejang atau kram, tentunya kepuasan yang hendak didapat jadi tak tercapai, kan?" lanjut lulusan Institute For Advanced Study Of Human Sexuality, San Fransisco ini.
Waktu ideal lainnya ialah saat sebelum sahur. Karena kita masih punya kesempatan untuk keramas dan menyucikan diri sebelum waktu Imsak tiba, saat kita harus mulai untuk berpuasa kembali.
KEHENDAK BERDUA
Selain soal waktu, menurut Ferryal, tak ada aturan khusus dalam berhubungan seks di bulan puasa. "Energi kita, kan, sudah normal kembali setelah berbuka puasa. Jadi, kita bisa melakukan hubungan seperti halnya kala tak berpuasa, tergantung kesukaan masing-masing."
Begitu juga tak ada aturan harus berapa banyak melakukan hubungan seks setiap minggunya. "Tergantung dari kemampuan pasangan tersebut. Kalau mampunya seminggu sekali, ya, silakan. Kalau kuat tiap hari juga tak ada masalah, asalkan dilakukan selama waktu-waktu buka puasa atau tidak sedang berpuasa."
Yang penting, kata Ferryal, hubungan seks tersebut harus dikehendaki oleh kedua belah pihak. Jadi, tak ada paksaan dari salah satu pihak. "Jangan artikan bahwa hubungan seks itu hanya untuk melayani suami. Tidak. Hubungan seks harus dinikmati oleh kedua belah pihak dan dimaui oleh kedua belah pihak."
HUBUNGAN SAMPING
Bila takut esok paginya energi kita berkurang karena melakukan hubungan seks, saran Ferryal, lakukan hubungan yang tak begitu menguras energi. Misalnya, hubungan samping. "Atau bila si wanitanya esok paginya tak bekerja, bisa dilakukan teknik wanita yang aktif."
Namun begitu, teknik-teknik tersebut tentunya tak bisa dilakukan terus-menerus selama bulan puasa. "Nanti akan monoton dan jadi membosankan," ujar dokter spesialis Rehabilitasi Medik dari FKUI ini. Jadi, lakukanlah teknik-teknik lainnya juga.
Sebenarnya, ujar Ferryal, hubungan seks tak akan sampai mengganggu kondisi badan saat paginya. "Jadi, jangan takut untuk melakukan variasi hubungan lainnya yang disukai. Bukankah energi kita akan disuplai lagi pada saat makan sahur?"
Yang penting diperhatikan adalah makanan yang dikonsumsi. "Orang-orang yang aktivitasnya cukup tinggi dianjurkan mengkonsumsi makanan yang cukup gizinya." Bahkan bila perlu, bantu pula dengan suplemen-suplemen vitamin.
Malah, ujar Ferryal, berpuasa justru bisa menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu yang tadinya sangat rawan dalam berhubungan seks. Misalnya, rematik, penyakit sendi, dan jantung. "Dengan berpuasa, penyakit itu membaik, sehingga mereka dapat melakukan hubungan seks dengan normal kembali." Hal ini disebabkan pola makan yang diatur membuat kondisi mereka juga jadi makin membaik. "Nah, dengan kondisi yang membaik ini, maka memperbaiki kondisi seksual mereka juga."
PUASA SEKS
Bagaimana kalau suami-istri malah sepakat untuk tak berhubungan seks selama bulan puasa? "Tak masalah," tukas Ferryal, "Sebulan tak melakukan hubungan seks pun tak akan menyebabkan suatu gangguan apa pun," lanjutnya.
Sebab, terangnya, produksi air mani pada tiap orang berbeda-beda. "Ada yang banyak, ada pula yang sedikit. Biasanya disesuaikan dengan usia. Hal itu juga berhubungan dengan pola pikir dan hati nurani sendiri." Jadi, walau ada desakan kuat dari dalam, kalau kita bisa menahannya, maka hal itu bisa dilakukan. Badan kita pun tak akan berpengaruh apa-apa. Karena, toh, bisa dilampiaskan dalam waktu-waktu tertentu. Maksudnya, bila kandung air mani sudah penuh akan keluar sendiri saat tidur, yaitu yang dikenal dengan mimpi basah. "Sedangkan pada wanita akan mengalami mimpi erotis."
Jadi, kalau orang memang sudah berniat, kata Ferryal, biasanya bisa menahan keinginan seksnya. "Tapi kalau memang tak bisa menahan, ya, jangan ditahan-tahan. Bukankah melakukan hubungan seks di bulan puasa juga tak jadi masalah. Asalkan dilakukan setelah berbuka puasa." Soalnya, kalau ditahan-tahan malah akan berdampak buruk, terutama pada pikiran. "Pola pikir akan sangat berpengaruh pada libido kita. Libido yang meningkat akan membuat pikiran kita ke seks melulu, sehingga otomatis akan mengganggu aktivitas sehari-hari."
TETAP MESRA
Penting diketahui, lanjut Ferryal, berpuasa sebenarnya justru menurunkan libido seseorang. Kecuali jika yang bersangkutan memang sudah dari sononya berlibido tinggi. "Kalau tidak, umumnya libido akan menurun. Karena ada kaitannya dengan energi kita yang terkuras habis dan pemasukan yang tak ada." Disamping, dalam otak kita pun selama puasa menekan pikiran-pikiran yang berbau seks. Karena niat kita berpuasa, kan, untuk ibadah. "Nah, karena tak ada pikiran ke seks, otomatis libido itu sendiri akan menurun. Lain halnya jika sejak siang, kita memang sudah punya pikiran kotor. Apalagi kalau kita tak bisa menahan perasaan dan emosi."
Selain itu, dengan mengambil air sembahyang saja, itu sudah bisa mengurangi libido kita. "Air wudhu itu, kan, dingin dan menyegarkan. Menyejukkan badan kita, sehingga menurunkan aktivitas pembuluh darah. Dengan demikian, perasaan dalam badan kita juga akan menurun dan keinginan-keinginan ke sana pun akan menurun. Bahkan bisa jadi menghilang." Jadi, bukan tak mungkin dalam sebulan berpuasa itu kita malah tak punya keinginan berhubungan seks, tapi melulu niatnya hanya untuk ibadah.
Libido akan meningkat kembali setelah kita berbuka puasa, karena energi kita sudah pulih kembali. Energi ini, terang Ferryal, akan sangat berpengaruh pada libido, karena libido sangat berhubungan dengan hormonal dalam tubuh. Sementara hormonal itu sendiri sangat berhubungan dengan energi yang ada di dalam tubuh kita. "Jadi, kalau energinya menurun, maka hormon yang diproduksinya akan makin menurun, sehingga libido pun ikut turun."
Namun demikian, libido yang menurun ini bukan berarti harus menurunkan gairah seks. "Gairah seks tetap harus dijaga, karena sangat penting bagi kemesraan hubungan suami-istri itu sendiri," tukas Ferryal. Itulah mengapa Ferryal menganjurkan agar kemesraan harus tetap berlanjut walaupun kita sedang berpuasa. "Namun tentunya tak harus dengan melakukan hubungan seks. Karena kita, kan, lagi berpuasa."
Nah, bagaimana caranya? Antara lain dengan rangkulan, bersikap tetap mesra pada pasangan, dan mencium kening atau pipi. "Tapi jangan berciuman bibir, lo. Karena sudah dibarengi dengan nafsu dan itu bisa membatalkan puasa." Pokoknya, hubungan yang tak harus berlanjut ke hubungan seks tapi lebih untuk meningkatkan romantisme.