Seorang kakek di India membuktikan bahwa belajar tidak mengenal usia. Saat merayakan ulang tahun ke-100, Sabtu 16 Oktober 2010, kakek bernama Bholaram Das itu mengumumkan bahwa dia kembali masuk sekolah.
Menurut kantor berita Associated Press, Bholaram kini terdaftar sebagai mahasiswa program doktoral (S3/PhD) di Universitas Gauhati, negara bagian Assam. Maka, Bholaram tercatat sebagai mahasiswa tertua di India, negara berpenduduk satu miliar jiwa.
"Di usia seratus tahun, saya sudah berbuat banyak hal di bidang kemasyarakatan, politik, pemerintahan dan agama," kata Bholaram, yang dikenal sebagai seorang pejuang kemanusiaan. "Maka, kini saya harus mendapat gelar PhD untuk memenuhi rasa lapar untuk belajar," kata Bholaram, yang masih sangat sehat dan bugar untuk orang yang sudah seusia seabad.
Bholaram bertutur bahwa dia sudah berusia 19 tahun ketika turut dipenjara karena ikut dalam aksi protes menentang penjajahan Inggris di negaranya pada 1930. Selama dua bulan Bholaram harus ikut kerja paksa, namun setelah itu dia sibuk di bangku kuliah mendalami ilmu niaga dan hukum.
Pada 1945, Bholaram bergabung dengan Partai Kongres untuk memperjuangkan kemerdekaan India, yang akhirnya diraih dari Inggris pada 1947. Sejak saat itu, Bholaram berpindah-pindah profesi, mulai dari guru, pengacara, hingga menjadi hakim distrik sebelum pensiun pada 1971.
Bersama dengan istrinya yang telah wafat pada 1988, Mandakini, Bholaram dikaruniai lima putra dan seorang putri. Dia pun memiliki sepuluh cucu dan satu cicit.
Dalam menempuh studi doktoral, Bholaram berambisi mempelajari bidang yang sangat dekat dengan jati dirinya. Dia ingin meneliti bagaimana penduduk desa Bohori - yang merupakan kampung halamannya - berperan menyebarkan neo-Vaishnavisme, yaitu aliran liberal dan monoteistik yang bersumber dari ajaran Hindu yang berperan mengatasi perbedaan kelas-kelas sosial di negara bagian Assam.
Bagi Bholaram, meneliti filosofi Hindu mengenai paham akan satu Tuhan dan humanisme merupakan kegiatan yang dia idam-idamkan.
"Jarang-jarang ada mahasiswa yang sudah berusia seratus tahun," kata wakil rektor Universitas Gauhati, O.K. Medhi. "Kami terpukau karena Pak Bholaram bisa menjadi insiprasi bagi kaum muda dengan semangatnya yang luar biasa dan dedikasinya bagi pelayanan masyarakat," lanjut Medhi.
Selama berkuliah, Bholaram dibimbing oleh seorang profesor yang kebetulan adalah salah satu cucunya. "Sangat luar biasa bagi saya melihat kakek, setelah 40 tahun pensiun, ternyata masih bermental baja dan ingin belajar sesuatu yang baru," kata salah satu cucu Bholaram yang menjadi seorang teknisi, Abhinab Das. "Ini benar-benar memberi inspirasi bagi kami sekeluarga," lanjut Abhinab.(vivanews.com)
Menurut kantor berita Associated Press, Bholaram kini terdaftar sebagai mahasiswa program doktoral (S3/PhD) di Universitas Gauhati, negara bagian Assam. Maka, Bholaram tercatat sebagai mahasiswa tertua di India, negara berpenduduk satu miliar jiwa.
"Di usia seratus tahun, saya sudah berbuat banyak hal di bidang kemasyarakatan, politik, pemerintahan dan agama," kata Bholaram, yang dikenal sebagai seorang pejuang kemanusiaan. "Maka, kini saya harus mendapat gelar PhD untuk memenuhi rasa lapar untuk belajar," kata Bholaram, yang masih sangat sehat dan bugar untuk orang yang sudah seusia seabad.
Bholaram bertutur bahwa dia sudah berusia 19 tahun ketika turut dipenjara karena ikut dalam aksi protes menentang penjajahan Inggris di negaranya pada 1930. Selama dua bulan Bholaram harus ikut kerja paksa, namun setelah itu dia sibuk di bangku kuliah mendalami ilmu niaga dan hukum.
Pada 1945, Bholaram bergabung dengan Partai Kongres untuk memperjuangkan kemerdekaan India, yang akhirnya diraih dari Inggris pada 1947. Sejak saat itu, Bholaram berpindah-pindah profesi, mulai dari guru, pengacara, hingga menjadi hakim distrik sebelum pensiun pada 1971.
Bersama dengan istrinya yang telah wafat pada 1988, Mandakini, Bholaram dikaruniai lima putra dan seorang putri. Dia pun memiliki sepuluh cucu dan satu cicit.
Dalam menempuh studi doktoral, Bholaram berambisi mempelajari bidang yang sangat dekat dengan jati dirinya. Dia ingin meneliti bagaimana penduduk desa Bohori - yang merupakan kampung halamannya - berperan menyebarkan neo-Vaishnavisme, yaitu aliran liberal dan monoteistik yang bersumber dari ajaran Hindu yang berperan mengatasi perbedaan kelas-kelas sosial di negara bagian Assam.
Bagi Bholaram, meneliti filosofi Hindu mengenai paham akan satu Tuhan dan humanisme merupakan kegiatan yang dia idam-idamkan.
"Jarang-jarang ada mahasiswa yang sudah berusia seratus tahun," kata wakil rektor Universitas Gauhati, O.K. Medhi. "Kami terpukau karena Pak Bholaram bisa menjadi insiprasi bagi kaum muda dengan semangatnya yang luar biasa dan dedikasinya bagi pelayanan masyarakat," lanjut Medhi.
Selama berkuliah, Bholaram dibimbing oleh seorang profesor yang kebetulan adalah salah satu cucunya. "Sangat luar biasa bagi saya melihat kakek, setelah 40 tahun pensiun, ternyata masih bermental baja dan ingin belajar sesuatu yang baru," kata salah satu cucu Bholaram yang menjadi seorang teknisi, Abhinab Das. "Ini benar-benar memberi inspirasi bagi kami sekeluarga," lanjut Abhinab.(vivanews.com)