Tanda-tanda Manusia terjangjit Sapi Gila

Livorno, Kontak dengan sapi yang terjangkit penyakit sapi gila atau mengonsumsinya dagingnya bisa membuat manusia tertular. Sama seperti sapi, ketika tertular manusia yang diserang pun jaringan otak.

Penyakit yang belum bisa disembuhkan ini hingga kini belum ada vaksinnya. Jika manusia terkena serangan penyakit gila cepat atau lambat, otaknya akan menjadi tidak utuh tapi berlubang seperti busa.

Pada sapi penyakit sapi gila ini memang membuatnya terlihat gila seperti agresif, gerakannya asal, gelisah dan terlihat ketakutan akibat saraf-saraf otaknya yang rusak.

Sedangkan pada manusia dikutip dari Mayo Clinic, Kamis (22/7/2010) ada beberapa gejala awal yang tampak antara lain:

1. Gelisah, depresi dan bahkan perubahan kepribadian
2. Gangguan mengingat serta kemampuan berpikir
3. Penglihatan kabur
4. Insomnia
5. Kesulitan bicara dan menelan.

Kasus terbaru penyakit sapi gila dialami seorang wanita Italia yang kini dirawat di rumah sakit dalam kondisi sangat memprihatinkan.

Dikutip dari Ninemsn, Kamis(22/7/2010), wanita Italia tersebut didiagnosis terserang varian Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD). Penyakit yang menyerang otak ini merupakan bentuk infeksi sapi gila pada manusia.

Dokter mendiagnosis penyakit tersebut, ketika bulan lalu wanita berusia 42 tahun itu datang ke rumah sakit syaraf di Milan, Italia. Karena kondisinya terus memburuk, wanita yang tidak disebutkan namanya itu dirujuk ke Livorno dalam kondisi koma.

Belum diketahui pasti bagaimana wanita tersebut tertular, namun kasus ini tercatat sebagai kasus kedua yang terjadi di negeri pizza tersebut. Kasus pertama penularan sapi gila pada manusia terjadi pada tahun 2002 di Pulau
Sisilia.

vCJD merupakan penyakit yang merusak otak, yang bisa berkembang menjadi kepikunan atau bahkan kematian. Gejalanya kadang sama seperti Alzheimer atau kerusakan otak lainnya, namun perkembangannya lebih cepat dan progresif.

Hingga kini tidak ada terapi yang efektif untuk menyembuhkan vCJD, sebab uji coba pemberian steroid maupun antibiotik dan antivirus belum pernah memberikan hasil positif. Terapi yang diberikan umumnya bertujuan untuk mencegah memburuknya gejala agar penderita merasa lebih nyaman.