Seorang perempuan yang menjadi gadis poster korban penindasan Taliban di Afganistan setelah dimutilasi suaminya memperkenalkan wajah barunya kepada dunia.
Foto Aisha, 19 tahun, yang tanpa hidung, mendapat curahan simpati seluruh dunia setelah muncul di sampul majalah Time menemani artikel yang menyoroti penderitaan perempuan di Afganistan.
Foto Aisha, 19 tahun, yang tanpa hidung, mendapat curahan simpati seluruh dunia setelah muncul di sampul majalah Time menemani artikel yang menyoroti penderitaan perempuan di Afganistan.
Telegraph, Selasa (12/10/2010), melaporkan, Aisha tampil di hadapan kamera untuk menerima sebuah penghargaan Enduring Heart dari Grossman Burn Foundation, yang membayarkan operasinya, di Los Angeles. Maria Shriver, istri Gubernur Arnold Schwarzenegger dari California, memberikan penghargaan itu. "Ini untuk pertama kalinya penghargaan Enduring Heart diberikan kepada seorang perempuan yang teguh hatinya dan yang menunjukkan kepada kita semua apa artinya memiliki cinta dan semangat yang abadi," kata Shriver. Aisha, yang nama sebenarnya tidak diungkapkan, hanya menjawab, "Terima kasih banyak."
Ketika Aisha berusia 12, ayahnya bersumpah untuk membayar utang dengan janji akan menikahkan putrinya itu dengan seorang petempur Taliban. Dia lalu diserahkan kepada keluarga petempur itu. Aisha dilecehkan dan dipaksa tidur di kandang binatang. Dia mencoba untuk melarikan diri tetapi tertangkap. Suaminya lalu memotong hidung dan telinganya sebagai hukuman.
"Ketika mereka memotong hidung dan telingaku, saya pingsan," katanya kepada CNN. "Pada tengah malam rasanya seperti ada air dingin di hidung saya. Saya membuka mata tetapi saya bahkan tidak bisa melihat karena semuanya (tertutup) darah."
Setelah ditinggalkan agar mati di pegunungan, ia merangkak ke rumah kakeknya dan dibawa ke fasilitas medis Amerika. Setelah beberapa waktu di sebuah penampungan di Kabul, dia diterbangkan ke AS oleh Grossman Burn Foundation pada Agustus lalu dan tinggal bersama sebuah keluarga Amerika.
Bulan ini, dia memiliki hidung palsu yang dipasang di Rumah Sakit West Hills Hospital. Dr Peter H Grossman mengatakan, mereka berharap untuk bisa memberikan Aisha sebuah "solusi yang lebih permanen". Hal itu mungkin akan mencakup perombakan kembali hidung dan telinganya dengan menggunakan tulang, jaringan dan tulang rawan dari bagian tubuhnya yang lain.
Ketika Aisha berusia 12, ayahnya bersumpah untuk membayar utang dengan janji akan menikahkan putrinya itu dengan seorang petempur Taliban. Dia lalu diserahkan kepada keluarga petempur itu. Aisha dilecehkan dan dipaksa tidur di kandang binatang. Dia mencoba untuk melarikan diri tetapi tertangkap. Suaminya lalu memotong hidung dan telinganya sebagai hukuman.
"Ketika mereka memotong hidung dan telingaku, saya pingsan," katanya kepada CNN. "Pada tengah malam rasanya seperti ada air dingin di hidung saya. Saya membuka mata tetapi saya bahkan tidak bisa melihat karena semuanya (tertutup) darah."
Setelah ditinggalkan agar mati di pegunungan, ia merangkak ke rumah kakeknya dan dibawa ke fasilitas medis Amerika. Setelah beberapa waktu di sebuah penampungan di Kabul, dia diterbangkan ke AS oleh Grossman Burn Foundation pada Agustus lalu dan tinggal bersama sebuah keluarga Amerika.
Bulan ini, dia memiliki hidung palsu yang dipasang di Rumah Sakit West Hills Hospital. Dr Peter H Grossman mengatakan, mereka berharap untuk bisa memberikan Aisha sebuah "solusi yang lebih permanen". Hal itu mungkin akan mencakup perombakan kembali hidung dan telinganya dengan menggunakan tulang, jaringan dan tulang rawan dari bagian tubuhnya yang lain.